Masalah sampah di perkotaan menjadi salah satu hal penting yang masih menjadi perhatian bagi kita semua. Kota Bandung menjadi salah satu kota yang perlu berbenah akibat permasalahan sampah dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2005 terkenal dengan Bandung Lautan Sampah akibat longsornya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah yang menyebabkan tewasnya kurang lebih 150 orang. Pada tahun 2023, TPA pengganti Leuwigajah yaitu TPA Sarimukti terjadi kebakaran hebat selama lebih dari satu bulan sehingga mengakibatkan sampah tidak terangkut di beberapa lokasi. Banyaknya sampah yang tidak tertangani mengakibatkan TPA Sarimukti kelebihan kapasitasnya hampir 700% (aliansizerowaste.id, 2023). Hal menyebabkan adanya situasi darurat pengelolaan sampah pada 26 Oktober 2023 sampai 26 Desember 2023 sesuai Keputusan Walikota Bandung Nomor 658.1/Kep.2523-DLH/2023 tentang Penetapan Situasi Darurat Pengelolaan Sampah. Berdasarkan Data BPS Kota Bandung 2023, jumlah produksi sampah di Kota bandung mencapai 1.594,18 ton per hari pada 2022. Sampah makanan menjadi penyumbang terbesar. Produksi sampah makanan di Kota Bandung per harinya mencapai 709,73 ton per hari atau sebesar 44,52 % dari total harian sampah yang diproduksi di Kota Bandung. Kota Bandung juga menyumbang 70% sampah yang masuk ke TPA Sarimukti dibandingkan dengan daerah lainnya seperti Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat. Menindaklanjuti masalah sampah tersebut, pada saat ini upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung adalah memaksimalkan pengolahan sampah organik agar diolah di tingkat Rukun Tetangga (RT) atau Rukun Warga (RW).
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Dabaresih yang berada di RT 8, RW 5 Kelurahan Dago merupakan salah satu inisiatif di Tingkat RT untuk menyelesaikan sampah. Berada di tengah Kota Bandung, Dabaresih Dago yang semula mengelola sampah anorganik melalui Bank Sampah Daberesih, hampir satu tahun terakhir mulai melakukan pengelolaan sampah organik seperti pengomposan menggunakan drum komposter, pengomposan menggunakan teknik Loseda (Lodong Sesa Dapur), pembuatan ecoenzyme, dan yang terbaru adalah melakukan pengolahan biokonversi maggot.
Dalam kegiatan pemilahan sampah, ada sebanyak 130 KK yang terlibat dari nasabah bank sampah Dabaresih sebanyak 90 orang. Setiap sabtu pagi terdapat jadwal rutin bagi warga untuk melakukan penimbangan sampah anorganik. Sedangkan sampah organik diolah setiap minggunya berkisar antara 100-200 kg dari 3 RT. Pengolahan sampah dengan biokonversi BSF (Maggot) memiliki produk akhir berupa pupuk organik kasgot (bekas maggot). Pupuk organik ini digunakan untuk pemupukan tanaman buah dalam pot (tabulampot). Selain itu, pengolahan sampah organik juga menggunakan media lainnya seperti komposter, loseda
Tentunya dukungan masyarakat termasuk tokoh masyarakat memberikan dampak positif. Tidak hanya itu kolaborasi dengan mitra seperti akademisi juga sangat bermanfaat dalam memberikan gagasan untuk terus bergerak, berkolaborasi untuk memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan dabaresih. Untuk selanjutnya Dabaresih juga memiliki fokus untuk terus meningkatkan dampaknya dengan melakukan budidaya ikan lele untuk mendukung ketahanan pangan.